Ilmu gizi berkembang dari masa ke masa. Pada jaman prasejarah, manusia
masih memandang makanan sebagai sarana untuk bertahan hidup saja. Mereka
mencari dan mengkonsumsi makanan secara tradisional agar dapat menjaga
kelangsungan hidupnya di muka bumi.
Pada masa 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, Bapak Ilmu Kedokteran
mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia. Anak-anak yang
sedang bertumbuh membutuhkan banyak panas, sehingga mereka membutuhkan banyak
makanan. Orangtua membutuhkan sedikit panas, oleh karena itu membutuhkan
sedikit makanan.
Hippocrates juga mengatakan bahwa “Biarkan makanan sebagai obat dan obat
sebagai makanan” dia juga mengatakan bahwa manusia yang bijaksana harus
menyadari bahwa kesehatan merupakan anugrah yang besar dari Tuhan.
Antoine Lavoiser (1743-1794) yang merupakan ahli kimia Perancis dan dikenal
sebagai Bapak ilmu gizi berhasil meletakan dasar ilmu gizi berupa
fungsi kimia dan biokimia dalam tubuh manusia.
Lahirnya ilmu gizi diawali dengan penemuan penggunaan energi makanan
meliputi proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri. Penelitiannya dengan
menggunakan Guinea Pig (Sejenis
kelinci yang biasa digunakan dalam penelitian) merupakan penelitian pertama
mengenai hubungan tentang produksi panas dan karbondioksida yang dikeluarkan
oleh tubuh. Ia menyimpulkan bahwa pernafasan merupakan proses pembakaran yang sama dengan pembakaran
yang terjadi di luar tubuh. Pembentukan panas dalam tubuh hewan berhubungan
langsung dengan produksi karbondioksida. Lavosier juga mengukur penggunaan
oksigen oleh keadaan puasa dan istirahat yang sekarang dikenal dengan istilah
Metabolisme Basal. Lavosier menunjukkan bahwa konsumsi oksigen atau produksi
panas meningkat di atas basal dengan menurunnya suhu lingkungan, pencernaan
makanan dan latihan fisik. Rubner (1902) menemukan pencernaan konsumsi oksigen
setelah mencerna makanan, yang sekarang dikenal dengan istilah Spesific Dynamic Action (SDA).
Berbagai macam zat gizi pertama kali dapat dianalisis oleh Magendie,
seorang ahli kimia pada awal abad ke-19, meliputi Karbohidrat, Protein dan
Lemak. Zat-zat tersebut ditemukan dapat dioksidasi dalam tubuh oleh Liebeg (1803-1873), seorang ahli kimia dari
Jerman. Ia menyimpulkan bahwa makanan yang seimbang harus mengandung
karbohidrat, protein dan lemak. Pada tahun 1899 Atwater dan Bryant menerbitkan
Daftar Komposisi Bahan Makanan yang pertama. Atwater menemukan kandungan Kalori
dalam 1 gram bahan zat gizi, yang
disebut Faktor Atwater: 1 gram Karbohidrat sama dengan 4 kkal, 1 gram Protein
sama dengan 4 kkal dan 1 gram Lemak sama
dengan 9 kkal.
Identifikasi Mikronutrien berawal dari observasi terhadap berbagai penyakit
defisiensi dan usaha untuk menyembuhkannya. Skorbut yang dialami oleh pelaut
pada abad ke-18 dapat diobati dengan buah jeruk yang merupakn sumber Vitamin C.
Beri-beri diobati dengan beras giling yang merupakan sumber Vitamin B1 (Thiamin). Hubungan kadar Iodium dalam
makanan dan air minum dengan pembengkakan kalenjar Tiroid ditemukan pada awal
abad ke-20.
Penelitian gizi pada tingkat molekular dan seluler dimulai pada tahun 1955.
Berbagai penelitian menemukan struktur sel yang rumit dan peranan kompleks
serta vital zat gizi dalam pemeliharaan sel-sel tubuh. Sejak tahun 1960 fokus
penelitian gizi beralih kepada penelitian saling keterkaitan antara zat-zat
gizi , peranan biologik spesifiknya, penetapan kebutuhan gizi manusia dan
pengaruh pengolahan terhadap kandungan zat gizi.
Sumber:
Dyah UP&Endo Dardjito. Buku Ajar Ilmu Gizi. Universitas
Jenderal Soedirman. 2015
0 komentar:
Posting Komentar