Senin, 04 Januari 2016

Sejarah Ilmu Gizi Dunia


Ilmu gizi berkembang dari masa ke masa. Pada jaman prasejarah, manusia masih memandang makanan sebagai sarana untuk bertahan hidup saja. Mereka mencari dan mengkonsumsi makanan secara tradisional agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya di muka bumi.
Pada masa 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, Bapak Ilmu Kedokteran mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia. Anak-anak yang sedang bertumbuh membutuhkan banyak panas, sehingga mereka membutuhkan banyak makanan. Orangtua membutuhkan sedikit panas, oleh karena itu membutuhkan sedikit makanan.
Hippocrates juga mengatakan bahwa “Biarkan makanan sebagai obat dan obat sebagai makanan” dia juga mengatakan bahwa manusia yang bijaksana harus menyadari bahwa kesehatan merupakan anugrah yang besar dari Tuhan.
Antoine Lavoiser (1743-1794) yang merupakan ahli kimia Perancis dan dikenal sebagai  Bapak ilmu gizi  berhasil meletakan dasar ilmu gizi berupa fungsi kimia dan biokimia dalam tubuh manusia.
    Lahirnya ilmu gizi diawali dengan penemuan penggunaan energi makanan meliputi proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri. Penelitiannya dengan menggunakan Guinea Pig (Sejenis kelinci yang biasa digunakan dalam penelitian) merupakan penelitian pertama mengenai hubungan tentang produksi panas dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh tubuh. Ia menyimpulkan bahwa pernafasan merupakan  proses pembakaran yang sama dengan pembakaran yang terjadi di luar tubuh. Pembentukan panas dalam tubuh hewan berhubungan langsung dengan produksi karbondioksida. Lavosier juga mengukur penggunaan oksigen oleh keadaan puasa dan istirahat yang sekarang dikenal dengan istilah Metabolisme Basal. Lavosier menunjukkan bahwa konsumsi oksigen atau produksi panas meningkat di atas basal dengan menurunnya suhu lingkungan, pencernaan makanan dan latihan fisik. Rubner (1902) menemukan pencernaan konsumsi oksigen setelah mencerna makanan, yang sekarang dikenal dengan istilah Spesific Dynamic Action (SDA).
Berbagai macam zat gizi pertama kali dapat dianalisis oleh Magendie, seorang ahli kimia pada awal abad ke-19, meliputi Karbohidrat, Protein dan Lemak. Zat-zat tersebut ditemukan dapat dioksidasi dalam tubuh oleh  Liebeg (1803-1873), seorang ahli kimia dari Jerman. Ia menyimpulkan bahwa makanan yang seimbang harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak. Pada tahun 1899 Atwater dan Bryant menerbitkan Daftar Komposisi Bahan Makanan yang pertama. Atwater menemukan kandungan Kalori dalam   1 gram bahan zat gizi, yang disebut Faktor Atwater: 1 gram Karbohidrat sama dengan 4 kkal, 1 gram Protein sama dengan  4 kkal dan 1 gram Lemak sama dengan 9 kkal.
Identifikasi Mikronutrien berawal dari observasi terhadap berbagai penyakit defisiensi dan usaha untuk menyembuhkannya. Skorbut yang dialami oleh pelaut pada abad ke-18 dapat diobati dengan buah jeruk yang merupakn sumber Vitamin C. Beri-beri diobati dengan beras giling yang merupakan sumber Vitamin B1 (Thiamin). Hubungan kadar Iodium dalam makanan dan air minum dengan pembengkakan kalenjar Tiroid ditemukan pada awal abad ke-20. 
Penelitian gizi pada tingkat molekular dan seluler dimulai pada tahun 1955. Berbagai penelitian menemukan struktur sel yang rumit dan peranan kompleks serta vital zat gizi dalam pemeliharaan sel-sel tubuh. Sejak tahun 1960 fokus penelitian gizi beralih kepada penelitian saling keterkaitan antara zat-zat gizi , peranan biologik spesifiknya, penetapan kebutuhan gizi manusia dan pengaruh pengolahan terhadap kandungan zat gizi.

Sumber:
Dyah UP&Endo Dardjito. Buku Ajar Ilmu Gizi. Universitas Jenderal Soedirman. 2015


0 komentar:

Posting Komentar