Senin, 04 Januari 2016

Asal-Usul Istilah Gizi di Indonesia



Di Indonesia istilah Gizi dan Ilmu Gizi baru dikenal pada awal tahun 1950an. Istilah Gizi merupakan merupakan terjemahan kata ” Nutrition” dan “Nutrition Science”.  Meskipun belum resmi ditetapkan oleh Lembaga Bahasa Indonesia, istilah Gizi dan Ilmu Gizi telah  dipakai oleh Prof.Djuned Pusponegoro, dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar ilmu penyakit anak di Fakultas Kedokteran UI tahun 1952. Pada tahun 1955 , Ilmu Gizi resmi menjadi mata kuliah di Fakultas Kedokteran UI, dan tahun 1958 secara resmi dipakai dalam pidato pengukuhan Prof.Poerwo Soedarmo sebagai Guru Besar Ilmu Gizi pertama di Indonesia, di Fakultas Kedokteran UI. 
Pada  tahun 1958  Alm. Prof.Poerwo Soedarmo,  yang waktu itu Direktur Lembaga Makanan Rakyat , Departemen Kesehatan RI, menugaskan 4 Mahasiswa tingkat akhir Akademi Pendidikan Nutritisionis-Ahli Diit , Bogor,  untuk menghadap Direktur Lembaga Bahasa Indonesia,  Fakultas Sastra, UI,  Dr. Soebandio. Tujuannya  adalah untuk mendapat petunjuk terjemahan yang benar dan ilmiah untuk kata  Inggris “Nutrition”, dan “Nutrition Science” kedalam bahasa Indonesia.
Dr.Soebadio, menjelaskan bahwa akar bahasa Indonesia berasal dari  bahasa Arab dan Sansekerta. Oleh karena itu Dr.Soebandio menyarankan untuk  mengambil terjemahan dari kata Arab dan Sansekerta. Kata Inggris Nutrition dalam bahasa Arab di sebut Ghidzai, dan dalam bahasa Sanksekerta yaitu Svastavarena. Keduanya berarti  sama,  yaitu makanan yang menyehatkan.  Atas petunjuk tersebut Prof.Poerwo Soedarmo memilih kata  Gizi sebagai terjemahan resmi kata nutrition.   Sejak tahun 1952 kata Gizi itu  sudah dipakai dikalangan  ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat.  Sedangkan  kata Svastaharena di pakai dalam lambang organisasi Ahli Gizi Indonesia (Persagi) sampai sekarang.

Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari proses makanan sejak masuk mulut sampai dicerna oleh organ-organ pencernaan, dan diolah dalam suatu sistem metabolisme  menjadi zat-zat kehidupan  (zat gizi dan zat non gizi) dalam darah dan dalam sel-sel tubuh. Zat gizi tersebut  membentuk jaringan tubuh dan organ-organ tubuh dengan fungsinya masing-masing  dalam suatu sistem, sehingga menghasilkan  pertumbuhan (fisik) dan perkembangan (mental) , kecerdasan, dan produktivitas sebagai syarat  dicapainya tingkat kehidupan sehat, bugar dan sejahtera.

Sumber:
Dyah UP&Endo Dardjito. Buku Ajar Ilmu Gizi. Universitas Jenderal Soedirman. 2016

0 komentar:

Posting Komentar